Liburan semester bagi anak ITB selalu jadi dilema, di satu sisi senang karena bisa ketemu keluarga tapi disisi lain ngerasa forever alone gara-gara gak ada temen main. Ini karena liburan di ITB artinya ujian di Universitas lain. How pity. Tapi gak separah itu juga sih, karena ujung-ujungnya anak ITB yang kesepian ini mainnya juga sama anak ITB kesepian lain, kayak cerita trip ke Solo bareng teman-teman saya di STEI ini. Dua hari yang lalu tiba2 jam 9.30 pagi Putu (19Tahun, Bantul, Telekomunikasi'10) SMS, bilang Danang (18tahun, Solo, Telekomunikasi'10) dan Ian (19tahun, Kediri, STI'10) lagi di Jogja dan mereka pengen ngajak main ke Gembiraloka. Lima belas menit kemudian mereka sampai, saya kira mereka naik motor, ternyata naik mobil Karimun Pink Ian yang disetir sendiri dari Madiun, niat banget main ke Jogjanya,haha... Karena Gembiraloka lagi rame banget, kami memutuskan mampir ke rumah Putu dulu, untuk ketemu adiknya Putu makan lalu jalan-jalan ke Solo, ke Taman Balekambang. Kebetulan banget 1 hari sebelumnya saya beli Peta Solo di Gramedia.
Habis shalat dhuhur kami berangkat dan perjalanan lancar dan cepat sebelum akhirnya kami sampai di perempatan menuju UMS. Sampai di sana jalanan super duper macet, gara-gara mahasiswa UMS demo. Gara2 demo tadi, perjalanan jadi molor 1,5jam dan jam setengah 5 baru sampai rumah Danang. Kami nggak jadi ke Taman Balekamang sore itu karena terlalu sore, gantinya kami jalan2 ke Kota Barat dan sekitar Jalan Slamet Riyadi.
Setelah beli kebab, kami menuju ke Jalan Slamet Riyadi untuk menikmati suasana malam kota Solo yang cozy dan cari tempat makan. Kami pun berhenti di sebuah HIK di pojokan Stadion R.Maladi (Sriwedari). Bagi yang belum tau, HIK adalah sebutan angkringannya Solo. Makanan yang dijual di HIK lebih lengkap dari angkringan biasanya, ada beberapa menu tambahan yaitu susu segar dengan aneka rasa, pisang owol, dan berbagai lauk nasi kucing yang lebih modern dari bisanya seperti sosis, galantin, bakso ikan, dan nugget. Harganya juga tidak terlalu mahal, untuk nasi kucing (nasi bandeng+sambel, dengan porsi jauh lebih banyak dari nasi kucing biasa) dijual dengan harga Rp 5.000,-/porsi. Untuk pisang owol, harga berkisar antara Rp 5.500,- sampai 8.000,-/ porsi. Untuk susu segar dijual dengan harga di sekitar Rp 5.000,-/gelas. Enaknya angkringan di sini kita bisa makan sambil lesehan dengan tempat yang luas di pinggir Jalan Slamet Riyadi. Di tempat ini kami tidak sengaja bertemu Hesti (19tahun, Solo, Telekomunikasi'10).
hesti, ian, danang, putu |
makan nasi kucing lauk galantin goreng |
Setelah kenyang dan puas foto-foto, kami masuk ke Pinky untuk pulang ke rumah Danang, di sini hal yang sama terjadi, bahkan ada mbak-mbak yang ngliatin heran sambil ketawa, sial. Karena Si Ian besok pagi harus balik ke Kediri, dia langsung pamit untuk jemput adiknya di rumah temennya dan nggak ikut nginep di rumah Danang. Di rumah Danang, kami ketemu mbaknya Danang yang barusan jadi runner up Putri Solo tahun ini, wow. Susah ngelogika gimana bisa orang secupu Danang bs punya kakak kayak gitu. Hmm...jadi berfikir untuk nyari orang Solo, haha... abaikan.
kakaknya Danang : ) |
harusnya dikasih foto plek -,-
BalasHapusmakasih mon kritik&sarannya, itu dah tak tambah foto :D
BalasHapus